Senin, 04 Januari 2010

Skripsi pemberdayaan

PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR MELALUI KELOMPOK YASINAN DAN ARISAN DI KEPULAUAN GILI RAJA SUMENEP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) Dalam Bidang Pengembangan Masyarakat Islam

Oleh :

MUHALLIL WASIT

NIM : B02304032

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2009

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Mahallil Wasit ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Surabaya , 29 Januari 2009

Pembimbing

Hadi Susanto, S. Ag. M. Si

NIP : 150 327 219


PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi oleh Muhallil Wasit ini telah dipertahankan di depan

Tim Penguji Skripsi

Surabaya, 03 Februari 2009

Mengesahkan,

Fakultas Dakwah

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Dekan

Prof. Dr. H. Shonhadji, Dip. Is

NIP. 150 194 059

Ketua

Hadi Susanto, S. Ag. M. Si

NIP. 150 327 219

Sekretaris

Dra. Pudji Rahmawati, M. Kes

NIP. 150 267 229

Penguji I

Drs. H. Nadhir Salahuddin, MA

NIP. 150 268 677

Penguji II

M. Anshori, S.Ag., M.Fil.I

NIP. 150 298 705

MOTTO

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا (الإسراء : ٣٦)

Artinya :

“Janganlah kamu mengikuti apa-apa yang engkau tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati itu masing-masing akan diminta pertanggung jawabannya”. (Surat Al-Isra’ : 36)[1]


PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Ibuku tercinta, “Sittiyah” yang telah mengadungku selama 9 bulan dan melahirku serta menyayangiku, buat ayahku “Ali Wafa” yang telah senantiasa selalu mendo’akanku dan dengan curahan air keringat beliau aq dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (SI),

Buat Kakak-kakakku yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliahku dan dalam pembuatan skripsi ini, serta adikku

Dosen, dan pembimbingku Hadi Susanto serta….

Sahabat-sahabtku seperjuangan


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil alamin, penulis ucapkan atas rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja Sumenep” yang mungkin masih jauh dari kesempurnaan dan andai kata sempurna itu semata-mata karena petunjuk dari Allah SWT, sekaligus berkat bantuan, saran dan dorongan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang takterhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Shonhadji Sholeh, Dep, IS, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Suarabaya.

2. Bapak Drs. H. Nadhir Shalahuddin, MA. Selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

3. Bapak Hadi Susanto, S. Ag. M. Si. Selaku dosen pembimbing, yang dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak K. H. Waqid Romzi sebagai Dewan Penasehat Kelompok Yasinan dan Arisan, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan izin mengadakan penelitian di lembaganya.

5. Para Pengurus dan anggota kelompok yasinan dan arisan, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian di lembaga tersebut.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan harapan semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapat balasan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca penulis sangat harapkan demi kesempurnaan dan kebaikan penulis selanjutnya.

Akhirnyazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Amin ya robbal alamin……………

Surabaya, 19 Januari 2009

Penulis


ABSTRAK

Muhallil Wasit, NIM. BO2304032, 2009. Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan Dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja Sumenep. Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya..

Kata kunci: Pembangunan Masyarakat Pesisir, Yasinan Dan Arisan

Dalam penelitian ini, peneliti mengakaji terkait dengan bagaiman model pembangunan masyarakat pesisir melalui Kelompok Yasinan Dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja Sumenep. Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui model pembangunan masyarakat pesisir melalui kelompok yasinan dan arisan di kepulauan Gili Raja Sumenep.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk memudahkan dalam pencarian data dilapangan dengan menggunakan sampel dari beberapa populasi yang ada diantaranya K. H. Waqid Romzi (selaku penasehat), K. Arwi Rohman (ketua), dan Abd. Hadi (bendahara).

Dari penelitian ini ditemukan bahwa model pembangunan masyarakat pesisir melalui kelompok yasinan dan arisan di kepulauan Gili Raja dilakukan dengan bentuk : 1). Melalui Simpanan pokok yang besar simpanannya tergantung bagi kelompok itu sendiri dan simpanan wajib sebesar Rp. 1000.00 tiap anggota. 2). Penyaluran uang pinjaman kepada kelompok pengrajin anyaman bambu. 3). Pengadaan pupuk jagung ketika musim jagung. 4). Pengelolaan hasil tanaman jagung dengan menjual jagung kepada kelompok yasinan dan arisan dan dijual lagi kepada masyarakat ketika musim kemarau.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIBING ……………………………………………. ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ………………………………………….. iii

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………. v

KATA PENGANTAR ………………………………………………….….. xii

ABSTRAK …………………………………………………………………. xiii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 6

C. Tujuan Penelitian ………………………………………... 6

D. Manfaat Penelitian ………………………………………. 6

E. Definisi Konsep ..………………………………………… 7

F. Sistematika Pembahasan ..……………………………… .13

BAB II : KERANGKA TEORI

A. Kajian Pustaka …..……………………………………... 14

B. Kajian Teoritik .………………………………………… 23

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ..………………….. 29

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ..……………………. 31

B. Subyek Penelitian ..…………………………………… 33

C. Sumber Data ………………………………………..… 33

D. Tahap-tahap Penelitian ………………………………. 34

E. Tahap Pengumpulan Data ………………………….... 36

F. Tahap Analisa Data ………………………………….. 38

G. Teknik Keabsahan Data ……………………………… 40

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Setting Penelitian ……………………………………... 41

B. Penyajian Data .……………………………………….. 43

C. Analisa Data .………………………………………….. 54

D. Pembahasan .…………………………………………... 57

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .…………………………………………… 62

B. Saran-saran .………………………………………….… 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Selama berabad-abad, diakui atau tidak, wilayah pesisir memegang peranan penting bagi bangsa Indonesia dalam membangun kontak dengan dunia laur. Islam, Hindu, kongsi dagang Eropa, dan kolonialisme.[2] Dari pesisir semua gelombang tadi merembes masuk kepedalaman Jawa. Peran penting itulah yang menjadi alasan utama kepindahan pusat politik Mataram dari lembah Sungai Progo di Jawa Tengah ke muara Sungai Brantas Jawa Timur yang tujuannya tidak lain untuk memperbesar akses perdagangan antar negara. Selang enam abad kemudian sejarah juga menunjukkan bagaimana kekuasaan ekonomi politik Jawa mulai memasuki masa kemundurun dengan dipindahkannya ibu kota negeri dari Demak di pesisir ke Karta di pedalaman, bahkan pada masa kelam kesultanan Mataram, kota-kota di pesisir tetap bertahan sebagai bandar yang aktif melayani arus perdagangan antara Jawa Tengah dan Timur dengan Jakarta sebagai tempat VOC mendirikan basis utama dan antara Jawa dan Pulau-Pulau lain.[3]

1

Pada abad ke-18, wilayah di luar kota-kota pesisir masih merupakan padang belantara di huni oleh lebih banyak macan dari pada oleh manusia . penduduk tinggal di kampung-kampung kecil yang tersebar luas dan mencari nafkah dengan jalan menjadi petani ladang sambil memanfaatkan hasil-hasil hutan ataupun menangkap ikan di pesisir.[4]

Sadar atau tidak bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan berbagai faktor strategis sosio-historis, potensi ekonomi Bahari, karakteristik wilayah, serta sumberdaya alam yang melimpah. Secara ideal, status dan potensi ini harusnya dapat memberikan kontribusi riil dalam menjawab permasalahan kelautan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir pada khususnya.Ironisnya, berbagai permasalahan terus menghimpit. Eksploitasi sumberdaya terus berlangsung tanpa kendali yang efektif. Kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat pesisir tetap menjadi potret buram Indonesia. Kondisi ekosistem belum memperlihatkan trend perbaikan yang berarti. Ancaman bencana alam pesisir berupa tsunami, banjir, gempa, dan sebagainya kian marak. Ketiadaan sarana dan fasilitas tetap menjadi “lagu lama” yang memilukan. Iklim investasi kelautan belum kondusif. Ancaman sengketa perbatasan di pulau-pulau terluar memerlukan penanganan khusus. Sementara pola pemanfaatan sumberdaya dan wilayah kelautan belum fokus, serampangan dan masih tumpang tindih.[5]

Disisi lain, berbagai kebijakan nasional, selalu memberikan implikasi yang lebih parah pada masyarakat pesisir. Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan harga sembako, merupakan contoh kecil yang terus-menerus mendera.

Kalau merujuk kebelakang, kondisi tersebut diakibatkan oleh penganak tirian pembangunan kelautan selama tiga dekade. Sadar atau tidak, kebijakan dan perspektif pembangunan telah mengisolasi masyarakat pesisir dan kepulauan dari hak untuk ikut menikmati fasilitas pembangunan. Keterbelakangan dan penderitaan masyarakat pesisir dan kondisi lingkungan yang mengenaskan adalah ‘buah’ dari ketidak pedulian dan ketidak pahaman akan “kodrat” Indonesia sebagai negara kepulauan. Pada masa itu, kelautan paling tinggi diterjemahkan secara sempit sebagai sektor perikanan semata.

Pada tahun 1999 Presiden KH. Abdurrahman Wahid membentuk kelembagaan kelautan, keputusan yang cukup strategis untuk membuka kesadaran, berpaling dan peduli pada kondisi pesisir dan laut. Terobosan kebijakan ini, langsung atau tidak, mulai mengungkap sisi yang nyaris tidak pernah disentuh serta mengakselerasi kepedulian untuk menggeser pembangunan ke-arah yang lebih proporsional yang mengacu pada karakteristik bangsa. Terlepas dari seberapa efektif kelembagaan kelautan berkarya, gong pembangunan kelautan mulai bergema, baik di pusat maupun daerah.

Pada saat ini kita bisa melihat, begitu banyak bantuan yang di berikan pemerintah kepada masyarakat khususnya masyarakat pesisir, masyarakat begitu asyik tanpa sadar menerima bantuan dari pemerintah yang sifatnya hanya sementara, sedangkan kehidupan terus berlanjut, berjalan sesuai dengan pergantian waktu, hari dan tahun, sadar atau tidak bantuan itu menjadi masyarakat bertambah miskin, kesenjangan dimana-mana sedangkan program berjalan terus tanpa memperdulikan dan mensistimatikan kebutuhan dan permasalahan yang sebenarnya terjadi di masyarakat kita khususnya masyarakat pesisir.[6]

Di Kepulauan Gili Raja Kabupaten Sumenep, proyek pembangunan masyarakat pesisir begitu banyak dan melimpah ruah baik dari segi ekonomi, pendidikan dan infra-struktur, akan tetapi dilahat dari proses berjalannya tidak ada imbas sedikitpun kepada masyarakat dan bahkan masyarakat bertambah tidak peduli terhadap program atau proyek pembangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Realitas pembangunan masyarakat di kepulauan Gili Raja tidak bisa dilihat dari program pembangunan pemerintah akan tetapi bisa dilihat dari dua aspek ritualitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat (rutinan dalam bahasa madura) yaitu Yasinan : yasinan bisa diartikan dengan sekumpulan masyarakat yang setiap satu minggu sekali berkumpul untuk membaca surat yasin yang dipimpin oleh seorang tokoh masyarakat dan kemudian dilanjutkan dengan beberapa pengarahan, akan tetapi dalam yasinan ini biasa difokuskan kepada para lelaki. kedua : Arisan, arisan disini adalah sekelompok masyarakat yang berkumpul yang kemudian dilanjutkan dengan menabung untuk keperluan yang mendesak, arisan ini ada dua kelompok ada kelompok laki-laki ada kelompok perempuan yang semuanya diketuai oleh tokoh masyarakat setempat.

Pembangunan masyarakat pesisir merupakan sebuah kenescayaan yang seyogyanya dilakukan secara insten karena mengingat letak Indonesia yang sebagian besar terdiri dari kepulauan,

Lemahnya perekonomian masyarakat pesisir yang umumnya nelayan, menurut Direktur Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau kecil Prof. Dr. Widi Agus Pratiko, disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya rendahnya tingkat pendidikan, pola hidup yang cenderung konsumtif, dan kultur masyarakat pesisir yang tidak mendukung bagi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan di kawasan itu. Dengan meningkatkan keterampilan dan penguasaan iptek serta perndirian lembaga yang mantap, widi berkeyakinan masyarakat peisir dapat berdaya memanfaatkan sumber daya pesisir secara berkelanjutan dengan menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Dengan demikian masyarakat nelayan di Indonesia harus lebih diberdayakan dan ditingkatkan Sumber Daya Manusianya sehingga tercipta SDM yang berkualitas tinggi.

Dalam konteks penjelasan pandangan Al-Quran tentang kemiskinan ditemukan sekian banyak ayat-ayat Al-Quran yang memuji kecukupan, bahkan Al-Quran menganjurkan untuk memperoleh kelebihan, seperti dalam ayat di bawah ini :

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. (الجموعة : 10)

Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi ini, dan carilah karunia Allah dan ingatlah kepada Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”. (QS Al-Jumu’ah: 10).

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Model Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan dan Arisan di Kepulauan Gili Raja Sumenep ”

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui model Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja Sumenep

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dalam penelitian ini di antaranya :

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pemerintah khususnya dan masyarakat luas pada umumnya serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat agar dapat dijadikan acuan dalam pembuatan program dan proses pembangunan khususnya bagi masyarakat pesisir

2. Dapat di jadikan sebagai bahan masukan dan tambahan bagi Fakultas Dakwah sebagai informasi ilmiah secara empiris maupun teoritis khususnya dalam bidang Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).

3. Dari adanya kegiatan penelitian ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca dan bagi peneliti sendiri dalam rangka penyelesaian program Sarjana SI.

E. DEFINISI KONSEP

Dalam hal ini sering terjadi banyak perbedaan konsep, yang hal ini akan menjadikan perbedaan dalam menafsirkan sebuah persoalan yang ada dalam penelitian, maka dalam hal ini perlu adanya suatu penegasan terhadap istilah yang bersangkutan dengan penelitian ini, yang dapat dijadikan rujukan dasar dalam melakukan penelitian. Dengan judul penelitian “Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja Sumenep”.

1. Pembangunan

Pembangunan dalam buku Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di artikan sebuah usaha dalam meningkatkan segala kemampuan baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) atatu Sumber Daya Alam (SDA), hal ini dilakukan dalanm rangka mensejahterkana dan memanusiakan masyarakat yang sering kali hanya dijadikan batu loncatan untuk meraih sebuah kesuksesan baik oleh masyarakat, kelompok maupun individu.[7]

Pembangunan dalam pengertian ekonomi murni menunjukkan taraf kemampuan ekonomi nasional suatu negara untuk beranjak dari tahap awal yang relatif statis menuju peningkatan tahunan secara konsisten dah disertai perubahan struktural dibidang agraria, industri dan jasa, produksi dan lapangan kerja.

Studi tentang pembangunan dapat dianggap bermula dari paham klasik tentang Ekonomi-Politik di abad ke delapan belas, namun akarnya dapat ditelusuri sampai pada hampir 25 abad yang lalu, ketika Plato dalam salah satu dialognya meletakkan dasar filosofis tentang hakekat negara sebagai wadah bagi setiap warga negara untuk mencapai Eudaimonia, yaitu kebahagiaan sejati dan tertinggi, sedangkan Adam Smith yang di dalam buku The Wealth of Nations meletakkan dasar-dasar ekonomi pada zaman pembangunan sebagai suatu gerakan Internasional.[8]

Pembahasan mengenai pembangunan pertanian seperti diatas, mendorong kita pada lima kebutuhan yang selalu ditekankan oleh Mosher yang meliputi :

1. Akomodasi

2. Pasaran barang yang diproduksi

3. Teknologi pertanian baru

4. Adanya input-input yang dapat dibeli

5. Insentif[9]

Tujuan pembangunan masyarakat merupakan ide atau cita-cita yang dipandang identik dengan tujuan pembangunan nasional yang dirumuskan dalam acuan seperti masyarakan adil dan makmur yang berdasarkan pancasila dan UUD 45, peningkatan taraf hidup rakyat, manusia indonesia seutuhnya. Secara populer dikatakan, pembangunan bertujuan membebaskan masyarakat dari kemiskinan atau kebodohan.

Pembangunan masyarakat merupakan lembaga perubahan sosial dan melalui motode pembangunan masyarakat, prinsip demokrasi dan martabat manusia mendapat penghargaan sepatutnya, namun pembangunan masyarakat bukan tanpa kelemahan, sementara orang mengakui bahwa pembangunan masyarakat memegang peranan penting dalam masyarakat demokrasi, perkembangan birokrasi dan kemajuan ekonomi sedemikian rupa, sehingga banyak urusan yang dahulu menjadi urusan komunitas.

Teori pembangunan (community development teory) adalah merupakan suatu proses perencanaan sosial (sosial paln) yang dilakukan oleh birokrat perencanaan pembangunan, untuk membuat suatu perubahan yang dapat mendatangkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat, sebagaiman dijelaskan oleh Arief Budiman dalam bukunya Agus Salim yang berjudul perubahan sosial : sketsa teori dan metodologi kasus di Indonesia adalah ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus mencapai lima unsur yang dapat dilihat secara objektif yaitu :

1. Pembangunan pada awalnya dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat disuatu negara. Pembangunan akan berhasil dengan indikator bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup tinggi diukur dari produktivitas masyarakat disetiap tahun.

2. Dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara, ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks gini, yang dapat mengukur adanya ketimpangan pembangian pendapat masyarakat. Negara yang berhasil pembangunannya dengan demikian adalah negara yang produktivitasnya tinggi, penduduk makmur, dan sejahtera.

3. Kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan penduduk disuatu negara dengan menggunakan tolak ukur PQLI (physical quality of life indeks) yang berasal dari tiga indikator meliputi angka rerat harapan hidup bayi setelah satu tahun, angka rerat jumlah kematian bayi dan prosentasi buta huruf.

4. Kerusakan lingkungan harus pula diperhitungkan. Negara yang tinggi produktivitasnya dapat berada pada sebuah proses kemiskinan penduduknya. Hal itu bisa terjadi karena produktivitasnya yang tinggi tidak memperdulikan dampak terhadap lingkungan. Lingkungan semakin rusak, sumberdaya terkuras hebat padahal kecepatan alam untuk merehabilitsi dirinya lebih lambat dibandingkan dengan proses pengrusakan alam.

5. Pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung sering kali menghasilkan kondisi ketimpangan yang sangat mencolok bagi masyarakatnya. Pembangunan yang membuat orang kaya semakin kaya sementara orang miskin semakin terpuruk, kondisi ini jelas akan mendatangkan kerawanan bagi sebuah negara. Oleh karena itu konfigurasi kekuatan sosial disuatu masyarakat akan mengarah kepada kemungkinan pertentangan yang semakin menajam.[10]

2. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang hidupnya di daratan laut atau di tepi pantai yang pertaniannya tergantung pada kekayaan laut lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pesisir adalah sekelompok masyarakat yang berdomisili di pesisir pantai yang dalam hal ini adalah masyarakat kepulauan gili raja sumenep.

3. Yasinan dan Arisan

Yasinan merupakan bentuk atau nama dari sebuah kebiasaan yang mempunyai nilai-nilai sakral yang dilakukan oleh masyarakat yang didalamnya berisi tentang pembacaan bersama-sama surat yasin yang hal ini dilaksanan setiap satu minggu sekali bagi kaum laki-laki sedangkan arisan merupakan salah satu cara masyarakat untuk dapat menabung demi keperluan yang besar dan mendesak yang kegiatan ini dilakukan setelah pembacaan surat yasin.

Di dalam pelaksanaan yasinan dan arisan biasanya dilaksanakan musyawarah yang mengkaji kehidupan sosial masyarakat dan mencarikan solusi terhadap masalah yang dihadapainya. Kelompok yasinan biasanya setiap minggu mengadakan musyawarah dan penyampaian keluh kesah masyarakat sekaligus mengevaluasi kesepakatan yang sebelumnya telah disepakati.

Masyarakat kepulauan Gili Raja sangat bertumpu terhadap yasinan dan arisan ini, karena memang kepercayaan mereka terhadap tokoh agama (kiai) sangat kuat dan juga arisan dan yasinan ini sangat membantu mereka baik dari segi ekonomi, pendidikan dan budaya, karena setiap masalah yang dihadapi selalu diselesaikan di forum ini.

4. Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan dan Arisan

Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan dan Arisan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Gili Raja adalah merupakan sebuah usaha masyarakat setempat yang bertujuan perubahan sosial yang meliputi banyak hal diantaranya : ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan serta hubungan antara bangsa.

Pembangunan melalui kelompok yasinan ini di percaya oleh masyarakat dapat merubah kehidupannya akan lebih baik, tingkat kebutuhan yang tinggi menyebabkan masyarkat harus berpikir rasional dan melalui kelompok Yasinan dan Arisan ini kehidupan masyarkat pesisir Gili Raja bertumpu dan mengharap ada sebuah perubahan yang sangat segnifikan baik dalam segi : ekonomi, budaya, dan pendidikan yang secara kasak mata masyarakat Gili Raja sangat jauh terbelakang.

Dalam perjalanannya, kelompok ini mampu mendirikan sebuah koperasi simpan pinjam yang tujuannya untuk mempermudah akses kebutuhan masyarakat yang mereka inginkan.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sitematika pembahasan ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab saling berkaitan, antara lain :

BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini diterangkan mengenai: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

BAB II Kerangka Teoritik. Pada bab ini akan dijabarkan kajian pustaka dan kajian teoretik serta penelitian terdahulu yang relevan

BAB III Berisikan tentang metode penelitian terkait dengan penulisan skripsi ini yang meliputi bahasan: pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan terakhir teknik pemeriksaan keabsahan data.

BAB IV Penyajian dan analisis data. Berisi bahasan mengenai: Setting penelitian, penyajian data, analisis data dan pembahaan.

BAB V yaitu penutup. Berisikan kesimpulan akhir dan saran-saran terkait dengan hasil penelitian skripsi ini.


BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Pembangunan

Kehidupan sosial bukan merupakan barang cetakan (molded), melainkan suatu proses berkesinambungan yang selalu membaharuk, bertumbuh-kembang dan berubah. Setiap gejala niscaya berada dalam keadaan ”menjadi”. Para pakar sosiologi menunjuk pada perubahan-perubahan mendasar dalam pola budaya, struktur dan perilaku sosial sepanjang waktu sebagai perubahan sosial. Perubahan sosial pada dasarnya merupakan proses yang dilalui oleh masyarakat sehingga menjadi berbeda dengan sebelumnya.[11]

Seperti yang dikemukakan di atas, yang dimaksud dengan pembangunan masyarakat pesisir adalah perubahan sosial masyarakat pesisir yang dikendalikan itu dan sudah barang tentu pembangunan sebagai sosial tidak hanya menyangkut pembangunan ekonomi, melainkan menyangkut segenap aspek kehidupan masyarakat yang hidup di pesisir Gili Raja.

14


Pembangunan dalam buku Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di artikan sebuah usaha dalam meningkatkan segala kemampuan baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) atatu Sumber Daya Alam (SDA), hal ini dilakukan dalanm rangka mensejahterkana dan memanusiakan masyarakat yang sering kali hanya dijadikan batu loncatan untuk meraih sebuah kesuksesan baik oleh masyarakat, kelompok maupun individu.[12]

Pembangunan masyarakat pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan kekuatan masyarakat baik yang berupa material maupun non-material agar dapat mempertahankan hidupnya sendiri dan orang lain.[13]

Konsep pembangunan ditujukan untuk masyarakat dan tidak hanya bermaksud membina hubungan dan kehidupan setiap orang untuk hidup bermasyarakat, melainkan juga untuk membangun masyarakat, karena setiap satuan masyarakat mempunyai kekuatan sendiri yang disebut Commonity Power oleh Nelson W, misalnya kerukunan, keakraban, solidaritas, dan kebersamaan. Community Development menjadi lebih penting lagi jika diingat bahwa masyarakat atau community perlu dipersiapkan untuk memasuki bentuk masyarakat yang disebut society, sehingga kedua bentuk ideal tersebut merupakan sebuah continium, community-society continua.


Dalam teori-teori tentang perubahan sosial umumnya menaruh perhatian pada arah dan wujud perubahan sosial. Stewart dan Glynn (1988) berpendapat : paling tidak ada tiga pandangan tentang perubahan sosial, yaitu :

1. Teori daur ulang (cyclical theory)

2. Teori garis lurus (linear teori)

3. Teori pertentangan (conflict teori)

Menurut teori daur ulang (cyclical theory), setiap masyarakat selalu berada pada suatu titik tertentu di dalam suatu lingkaran evolusi. Setiap kemajuan dan kemunduruan selalu melalui titik-titik lain dalam lingkaran evolusi dan kembali pada kedudukan yang kurang lebih sama sebagaimana sebelumnya. Sedangkan dalam teori garis lurus (linear theory) mengatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahapan-tahapan tertentu karena kebudayaan manusia dengan sendirinya akan mengikuti suatu evolusi yang berbentuk garis lurus dan teori ini yakin bahwa perubahan sosial secara evolusioner selalu menuju keadaan yang lebih baik (linear progress). Pada teori pertentangan sangat dipengaruhi oleh pemikiran dialektika yang menurut George Hegel, dialektika ini terdiri atas tiga tahapn yaitu :

1. Tahapan tesis atau gagasan awal

2. tahapan antitesis atau gagasan penentang

3. Tahapan sintesis atau pemecahan melalui suatu pernyataan kedua gagasan yang bertentangan.[14]

Pembangunan masyarakat dilakukan berdasarkan 3 azas :

a. Azas pembangunan integral adalah pembangunan yang seimbang dari semua segi-segi masyarakat (pertanian, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan sebagainya), sehingga menjamin suatu perkembangan yang selaras dan yang tidak berat sebelah. Tetapi perlu diingat bahwa untuk masa permulaan titik berat terutama harus diletakkan dalam pembangunan ekonomi.

b. Azas kekuatan sendiri adalah : bahwa tiap-tiap usaha pertama-tama harus didasarkan pada kekuatan atau kemampuan desa itu sendiri, dengan tidak menunggu-nunggu pemberian dari pemerintah.

c. Azas permufakatan bersama diartikan bahwa usaha pembangunan harus dilaksanakan dalam lapangan-lapangan yang benar-benar dirasakan sebagai kebutuhan oleh anggota-anggota masyarakat desa yang bersangkutan, sedangkan putusan untuk melaksanakan proyek itu bukannya berdasarkan atas perintah atasan, melainkan merupakan putusan bersama anggota masyarakat desa.[15]


Azas pembangunan masyarakat desa sebagaimana dirumuskan Garis-Garis Besar Rencana Pembangunan Lima Tahun 1956-1960 pada hakekatnya memuat azas-azas yang sangat relevan untuk diterapkan pada saat ini, karena akan dapat mendukung keberlanjutan pembangunan nasional pada umumnya, dan pembangunan pedesaan pada khsusnya. Azas pembangunan integral, azas kekuatan sendiri, dan azas permufakatan bersama pada hakekatnya masih mempunyai validitas untuk diterapkan pada saat ini pula.

Untuk mewujudkan desa yang mandiri, lebih dituntut adanya perubahan wawasan pembangunan, dari pada menciptakan struktur-struktur baru, ada beberapa hal yang perlu dilakukan adalah :

1. Reorientasi Birokrasi

Pembangunan untuk mewujudkan desa yang mandiri menuntut perubahan total sikap para birokrasi. Sikap sebagai penguasa sebagai ruler ataupun patron perlu ditinggalkan dan diganti sikap sebagai fasilitator yang fungsinya pertama-tama adalah menciptakan kondisi dan lingkungan dimana masyarakat desa dapat mengembangkan potensinya.

2. Sistem Perencanaan Melalui Informasi Komunitas

Manefestasi dari reorientasi sikap birokrasi dari sikap penguasa menjadi fasilitator adalah memberi kemampuan kepada masyarakat untuk mengenali permasalahannya sendiri yang menghambat pembangunan, mengumpulkan informasi yang relevan bagi pemecahan masalah, merumuskan rencana yang berdasarkan atas informasi yang telah mereka analisis.

3. Mobilisasi Sumber-Sumber Sosio-kultural

Pembangunan pedesaan menuju terciptanya desa yang mandiri tidak dapat dilakukan secara uniform dan stereotipikal untuk seluruh negara. Kemandirian pelaksanaan proyek pembangunan menuntut kompatibilitas sosio-kultural dari proyek. Dengan demikian sifatnya adalah culture spesifik.

4. Pembinaan Jaringan Sosial

Strategi pembangunan pedesaan menuju kemandirian desa ini lebih mengutamakan interaksi dari komponen-komponen organisasi matriks yang lebih mengejawantahkan hubungan horizontal, dari pada hubungan vertikal antara rakyat yang biorokrat.

Di dalam GBHN 1993, rumusan amanat tentang pembangunan sumber daya manusia mengalami penekanan kembali yang berbunyi ”arah pembangunan jangka panjang kedua” butir 1 yang berbunyi : ”Pembangunan jangka panjang kedua diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat indonesia agar makin maju, mandiri, dan sejahtera berdasarkan pancasila. Dalam pembangunan jangka panjang kedua, rasa cinta tanah air yang melandasi kesadaran kebangsaan, semangat pengabdian, dan tekad untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik harus terus dibangkitkan dan dipelihara sehingga berkembang menjadi sikap mental dan sikap hidup bermasyarakat yang mampu mendorong percepatan proses pembangunan disegala aspek kehidupan bangsa guna memperoleh persatuan dan kesatuan bangsa demi terwujudnya tujuan nasional”.

Ketidak mampuan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) adalah inti dari semua persoalan ekonomi di Indonesi. Selama pembangunan jangka panjang 25 tahun yang pertama, Indonesia hampir sama sekali melupakan pentingnya pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penguasaan Iptek.

Dengan kemampuan dan produktifitas yang rendah itu, maka sulit sekali cita-cita suci pembangunan nasional akan tercapai apalagi ditambah pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat.

Pembangunan masyarakat semakin berbeda dari berbagai pendekatan perubahan sosial berencana lainnya, namun identitasnya sendiri masih kabur, upaya menggerakkan masyarakat dan mengorganisasikan dan mempersiapkan mereka melakukan tindakan bersama, sedangkan perenacanaan sosial hanya bertujuan mempersiapkan kebijaksanaan sosial.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh pembangunan masyarakat di dalam prakteknya antara lain :

a. Terdapat kecederunga hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.

b. Sampai sejauh ini, pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam usahanya mendorong perubahan sosial. Memang tedapat perubahan, tetapi jarang sekali terjadi perubahan yang mendasar.

c. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik, artinya pembangunan masyarakat dijadikan alat komunikasi politik dan simbol politik.

d. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya, sehingga terdapat kepentingan yang saling bersaingan atau kompetitif.

e. Oleh karena itu pembangunan masyarakat cenderung bekerja menurut model konsensus, artinya hanya kepentingan yang sangat umum sifatnya yang diperhatikan sementara kepentingan lapisan dan kelompok masyarakat didalam komunitas terabaikan atau tersisihkan.

Pembangunan masyarakat merupakan tanggung jawab sosial yang mempunyai misi profitabilitas serta kesinambungan pertumbuhan ekonomi perlu ditempatkan seiring dan sejalan dalam harmonisasi kebutuhan tumbuh bersama antara masyarakat dan pemerintah, guna mendapatkan hasil yang optimal perlu dibangun kolaborasi melalui komunikasi dan koordinasi yang intensif antara seluruh stake holder.

2. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang hidupnya di daratan laut atau di tepi pantai yang pertaniannya tergantung pada kekayaan laut lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pesisir adalah sekelompok masyarakat yang berdomisi di pesisir pantai.

Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan dan Arisan yang dilakukan oleh masyarakat kepulauan Gili Raja adalah merupakan sebuah usaha masyarakat setempat yang bertujuan untuk perubahan sosial yang meliputi banyak hal diantaranya : ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan serta hubungan antara bangsa.

Pembangunan melalui kelompok yasinan ini di percaya oleh masyarakat dapat merubah kehidupannya akan lebih baik, tingkat kebutuhan yang tinggi menyebabkan masyarkat harus berpikir rasional dan melalui kelompok Yasinan dan Arisan ini kehidupan masyarkat pesisir Gili Raja bertumpu dan mengharap ada sebuah perubahan yang sangat segnifikan baik dalam segi : ekonomi, budaya, dan pendidikan yang secara kasat mata masyarakat Gili Raja sangat jauh terbelakang, untuk mewujudkan itu semua masyarakat Gili Raja melalui kelompok yasinan dan arisan mampu mendirikan sebuah koperasi simpan pinjam untuk mempermudah akses kebutuhan yang menjadi kebutuhan mereka dalam sehari-hari.


Kita tahu bahwa selama ini pemanfaatan dan pengelolaan keluatan dan perikanan di kawasan pesisir selalu dihadapkan pada beberapa kendala, setidaknya ada delapan persoalan pokok yang menjadi permasalahan nyata secara berkelanjutan dimasing-masing daerah, diantaranya meliputi :

1. Over fishing, terutama diperairan pantai.

2. Pemanfaatan yang kurang maksimal diperairan lepas pantai dan laut dalam.

3. Teknologi, umumnya alat tangkap yang digunakan masih tradisional dan variasi alat tangkap kecil.

4. Sumber daya manusia, lemahnya kemampuan sumber daya manusia dan masih rendahnya keinginan menyeluruh dari pihak birokrasi untuk pengembangan perikanan.

5. Kerusakan habitat dan degredasi lingkungan.

6. Lemahnya peraturan dan penegakan hukum.

7. Kelembagaan perikanan yang belum atau tidak profesional.

8. Belum adanya tata ruang pesisir.

B. KAJIAN TEORITIK

1. Pembangunan

Berangkat dari latar belakang masalah diatas, bahwa Pembangunan Masyarakat Pesisir Dalam Ritualitas Yasinan dan Arisan di Kepulauan Gili Raja Kabupaten Sumenep adalah merupakan salah satu bentuk manefestasi dari program pembangunan yang selalu gagal dilakukan oleh pemerintah yang kemudian menyebabkan masyaraka lebih percaya kepada hal-hal yang bersifat ritual keagmaan. Sedangkan pembangunan masyarakat pesisir adalah perubahan sosial masyarakat pesisir yang dikendalikan itu dan sudah barang tentu pembangunan sosial tidak hanya menyangkut pembangunan ekonomi, melainkan menyangkut segenap aspek kehidupan masyarakat yang hidup di pesisir Gili Raja.

Pembangunan dalam buku Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di artikan sebuah usaha dalam meningkatkan segala kemampuan baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) atatu Sumber Daya Alam (SDA), hal ini dilakukan dalanm rangka mensejahterkana dan memanusiakan masyarakat yang sering kali hanya dijadikan batu loncatan untuk meraih sebuah kesuksesan baik oleh masyarakat, kelompok maupun individu.[16]

Pembangunan masyarakat pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan kekuatan masyarakat baik yang berupa material maupun non-material agar dapat mempertahankan hidupnya sendiri dan orang lain.[17]

Konsep pembangunan ditujukan untuk masyarakat dan tidak hanya bermaksud membina hubungan dan kehidupan setiap orang untuk hidup bermasyarakat, melainkan juga untuk membangun masyarakat, karena setiap satuan masyarakat mempunyai kekuatan sendiri yang disebut Commonity Power oleh Nelson W, misalnya kerukunan, keakraban, solidaritas, dan kebersamaan. Community Development menjadi lebih penting lagi jika diingat bahwa masyarakat atau community perlu dipersiapkan untuk memasuki bentuk masyarakat yang disebut society, sehingga kedua bentuk ideal tersebut merupakan sebuah continium, community-society continua.[18]

Semua pembangunan menyangkut bahkan ditujukan untuk masyarakat, tetapi sebagai metode, pembangunan masyarakat mempunyai karakteristik tersendiri, pembangunan masyarakat tidak saja bermaskud membina hubungan dan kehidupan setiap orang untuk hidup bermasyarakat, melainkan juga untuk membangun masyarakat karena setiap satuan masyarakat mempunyai kekuatan sendiri yang disebut community power misalnya, kerukunan, keakraban, solidaritas, dan kebersamaan.

Strategi pembangunan masyarakat secara umum ada empat strategi yang dapat dilakukan, meliputi :

1. The growth strategy

Penerapan strategi pertumbuhan ini pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis, melalui peningkatan pendapatan perkapita penduduk, produktivitas, pertanian, permodalan, dan kesempatan kerja yang diberengi dengan kemampuan konsumsi masyarakat terutama dipedesaan.

2. The welfare strategy

Strategi ini bisa diartikan sebagai strategi kesejahteraan yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi tidak dibarengi dengan pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam diri masyarakat maka yang terjadi adalah sikap ketergantungan masyarakat kepada pemerintah.

3. The responsitive strategy

Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksud untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan masyarakat sendiri dengan bantuan pihak luar (self need and assistence) untuk memperlancar usaha sendiri melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan.

4. The integrated holistis strategy

Untuk mengatasi dilema pembangunan masyarakat karena kegagalan dari ketiga strategi yang dijelaskan diatas, maka konsep kombinasi dari unsur-unsur pokok etika strategi di atas menjadi alternatif strategi.


Dalam prinsip dakwah pengembangan masyarakat yang dilanjutkan dengan merekonstruksi konsep dakwah sebagai bagian dari upaya membangun paradigma baru model dakwah pengembangan masyarakat harus mengikuti beberapa prinsip dasar yaitu :

a. Orientasi pada kesejahteraan lahir dan batin masyarakat yang luas. Dakwah tidak dilaksanakan sekedar merumuskan keinginan sebagai masyarakat saja, tetapi direncanakan sebagai usaha membenahi kehidupan sosial bersama-sama masyarakat agar penindasan, ketidak adilan, kesewenang-wenangan tidak lagi hidup ditengah-tengah mereka. Sekala mikro kepentingan individu anggota masyarakat.

b. Dakwah pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah upaya melakukan sosial engeneering (rekayas sosial) untuk mendapatkan suatu perubahan dalam tatanan kehidupan sosial yang lebih baik. Dakwah pembangunan masyarakat merupakan suatu proses perencanaan perubahan sosial yang berlandaskan nilai-nilai silam.[19]

Pada saat ini, metodologi partisipasi untuk membangun desa sedang mengalami krisis. Terdapat berbagai konsep partisipasi, dari kata lain untuk mobilisasi (misalnya, partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan) sampai konsep pilihan tindakan berdasarkan kesedaran diri. Dari konsep partisipasi sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi proyek pembangunan (misalnya partisipasi masyarakat untuk mengurangi biaya buruh bangunan), sampai konsep partisipasi sebagai tujuan akhir pembangunan. Tidak heran kalau partisipasi tidak selalu menghasilkan keberlanjutan pembangunan, sebaliknya bisa jadi tetap menghasilkan tirani dominasi lebih lanjut.

Ada beberapa alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting dalam perencanaan pembangunan, diantaranya meliputi :

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi dilapangan.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persipan dan perencanaan. Karena akan mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki terhadap hasil proyek tersebut.

3. Adanya partisipasi umum dibanyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan.[20]

2. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang hidupnya di daratan laut atau di tepi pantai yang pertaniannya tergantung pada kekayaan laut lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pesisir adalah sekelompok masyarakat yang berdomisili di pesisir pantai.


Tidak kalah pentingnya masyarakat pesisir juga seharusnya merasakan dampak dari sebuah pembangunan yang telah dilakukan, karena kalau kita mengingat sejak PELITA III, pemerintah bahkan telah bertekad untuk semakin meningkatkan gerak pembangunan diwilayah pedesaan karena hal ini mengingat sekitar 76% masyarakat Indonesia bertempat tinggal di pedesaan.

Wilayah pesisir merupakan wilayah mosaik dari ekosistem yang kaya dan sangat beragam serta merupakan sumberdaya yang sangat strategis bagi keberadaan ekonomi, sosial dan pembangunan suatu negara. Wilayah pesisir yang kaya dan sangat beragam sumberdaya sangat dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang sangat kompleks. Disektor okonomi terjadi persaingan dalam pemanfaatan ruang dan sumberdaya di wilayah pesisir sehingga sering kali mengakibatkan pola pemanfaatan dan pembangunan yang tidak berkelanjutan.

C. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Imron tentang Pemberdayaan Masyarakat Pesisir yang dilakukan pada tahun 2007 lebih difokuskan kepada :

1. Partisipasi dan strategi dalam pengembangan ekonomi masyarakat pesisir di Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.

2. Relevansi partisipasi dan strategi pengembangan masyarakat islam.

Dari dua fokus masalah yang diangkat sehingga dapat diketahui bahwa ternyata tingkat partisipasi masyarakat setempat dalam upaya pemberdayaan dan pembangunan masyarakat pesisir sangat rendah, hal ini disebabkan banyaknya birokrasi pemerintahan maupun lembaga swadaya masyarakat yang ikut campur dan tidak mengedepankan partisipasi masyarakat secara umum.

Sedangkan dalam penerapan strategi pemberdayaan masyarakat pesisir juga lebih bersifat top down, yang ini berimbas kepada hasil dari sebuah pemberdayaan masyarakat pesisir yang tidak tepat sasaran, karena tidak mengikutsertakan masyarakat yang secara umum adalah pelaksana dari sebuah pembangunan yang akan dilaksanakan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan Dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja Sumenep” maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor sebagai produsen penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar atau individu tersebut secara menyeluruh (holistik). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristiwanya

31

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan maksud menafsirkan fenomena yang ada dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada, sedangkan metode yang biasanya dimanfaatkan adalah interview, observasi, dan pemanfaatan dokumen.[21]

Menurut Jane R, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya tentang dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.kembali pada definisi di sini dikemukakan tentang peranan penting dari apa seharusnya diteliti yaitu konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyekpenelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode.[22]

Dijelaskan diatas bahwa penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dengan mengunakan pendekatan kualitatif deskriptif (Qualitatif Descriptive), yang biasanya lebih menekankan pada:

1. Mempunyai latar alami sebagai data langsung dan peneliti merupakan instrumen kunci.

2. Bersifat deskriptif yaitu memberikan situasi tertentu dalam analisa data secara deskriptif.

3. Lebih memperhatikan proses daripada produk semata.

4. Analisa datanya cenderung pada analisa induktif.

5. Makna merupakan soal yang esensial.

Jenis penelitian deskriptif yang dipakai oleh peneliti bertujuan untuk mendeskriptifkan apa yang saat ini berlaku. Dimana terdapat upaya mendeskriptifkan , mencatat, analisis, dan menginterpretasikan fenomena atau keadaan waktu tertentu pada Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan Dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja Sumenep.

B. SUBYEK PENELITIAN

Penelitian yang berjudul Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan Dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja Sumenep ini, mengambil subyek penelitian adalah kelompok yasinan dan arisan yang tepatnya di Kepulauan Gili Raja Kabupaten Sumenep Madura.

C. SUMBER DATA

Sumber data disini adalah semua sumber dari mana data penelitian itu diperoleh untuk mempermudah mengidentifikasi, disini peneliti mengklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu person (data berupa orang), place (data berupa tempat), paper (data berupa simbol). Adapun sumber data yang di pakai penulis dalam penelitian ini adalah

a. Informan

Yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan yang terkait dengan kegiatan penelitian ini. Yang menjadi informan dalan penelitian ini adalah bapak, remaja yang ikut dalam kelompok yasinan dan arisan seperti yang ada di tabel berikut :

Tabel. 1

Data Informan

Nama

Jabatan

K.H. Waqid Romzi

Penasehat

K. Arwi Rohman

Ketua

K. Subai

Wakil Ketua

Suparju

Sekretaris

Imam Hambali

Wakil Sekretaris

Sahamu

Bendahara

Abd. Hadi Tamam

Wakil Bendahara

Sumber : Dokumen Kelompok Yasinan[23]

b. Dokumen

Yaitu semua data-data tertulis yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan dan Arisan di Kepulauan Gili Raja Sumenep

D. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap penelitian menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong, tahap-tahap tersebut sebagai berikut:

a. Pra Lapangan

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Penyusunan rancangan penelitian adalah berupa usulan penelitian yang diajukan kepada ketua laboratorium jurusan, yang berisi tentang latar belakang masalah, fenomena yang terjadi dilapangan, problematika yang berisi tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Setelah rancangan itu disetujui oleh laboratorium jurusan selanjutnya harus dapat persetujuan ketua jurusan untuk kemudian membuat proposal penelitian.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Fenomena yang peneliti lihat, banyak program pembangunan yang telah dijalankan oleh pemerintah akan tetapi pada kenyataannya dilapangan tidak pernah menyentuh dan bermanfaat bagi masyarakat, sehingga peneliti melihat bahwa pembangunan yang selama ini berjalan di masyarakat kepulauan Gili Raja Kabupaten Sumenep bertumpu pada kelompok atau kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat yaitu : yasinan dan Arisan.

Jadi dalam kelompok inilah pembangunan baik yang bersifat fisik atau non fisik sangat efektif dilakukan dan masyarakat lebih merasakan manfaat dari apa yang telah diperbuat.

3) Mengatur Perizinan

Sebelum diadakannya penelitian, peneliti mungurus surat izin ke pihak Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) untuk ditandatangani yang selanjutnya diserahkan kepada pihak yang akan dijadikan tempat penelitian.


b. Tahap Lapangan

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Untuk memasuki suatu lapangan penelitian, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu, disamping itu peneliti perlu mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi subyek yang akan diteliti dilapangan.

2) Memasuki Lapangan

Dalam hal ini perlu adanya hubungan yang baik antara peneliti dengan subyek yang diteliti sehingga tidak ada batasan khusus antara peneliti dengan subyek, pada tahapan ini peneliti berusaha menajalin keagrapan dengan tetap menggunakan sikap dan bahasa yang baik dan sopan tetapi subyek memahami bahasa dan sikap yang digunakan oleh peneliti.

Peneliti juga mempertimbangkan waktu yang digunakan dalam melakukan wawancara dan pengambilan data yang lainnya dengan semua kegiatan yang dilakukan oleh subyek.

E. TAHAP PENGUMPULAN DATA

Dalam pengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunukan beberapa teknik yaitu antara lain:

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan teknik partisipan, untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan, dalam metode observasi ini peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dalam pengumpulan data, sedangkan observasi itu sendiri merupakan sebuah pengamataan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.[24]

Observasi ini dapat dilakukan dengan terjun langsung dalam menjajaki mengenai obyek penelitian dan segala hal yang berkenaan dengan kegiatan penelitian tersebut.

Dalam proses melakukan observasi, ada beberapa hambatan yang peneliti dapat diantaranya : obyek atau masayarakat tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar apalagi memakai bahasa-bahasa teori sehingga mengahruskan peneliti untuk memakai bahasa sesederhana mungkin agar dapat dipahami dan ditangkap oleh obyek.

b. Wawancara

Merupakan alat yang paling ampuh untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan, melalui tanya jawab peneliti dapat memasuki alam pikiran orang lain (obyek yang diteliti), sehingga peneliti memperoleh gambaran tentang apa yang mereka maksudkan.

Peneliti dalam proses melakukan wawancara dengan informan sangat kesulitan karena memang informan tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik sehingga kadang banyak salah dalam menyampaikan keterangan dalam segi penyampaian bahasa, dalam hal ini peneliti lebih banyak menggunakan bahasa keseharian masyarakat setempat untuk memudahkan peneliti dan lebih validnya informasi yang didapat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah penelitian terhadap benda seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain. Tehnik ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data sekunder (data yang sudah dikumpulkan orang lain).

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini merupakan sebuah catatan atau goresan dalam sebuah buku yang dilakukan ketika melakukan sebuah penelitian observasi ataupun wawancara pada saat terjun langsung kelapangan.

F. TAHAP ANALISIS DATA

Pada tahap ini merupakan suatu tahapan untuk mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan data pendukung lainnya untuk lebih memahamkan peneliti atas fenomena yang diteliti.

Analisa data dalam penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan serta memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistematikannya, mencari dan menemukan pola apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.[25]

Sehubungan dengan penelitian ini maka data-data yang sudah terkumpul melalui observasi, wawancara, dokumentasi maupun catatan lapangan diurutkan dan diorganisasikan dalam kategori atau pokok-pokok bahasan yang untuk selanjutnya diusulkan dan diuraikan sedemikian rupa kemudian dikaitkan dengan teori yang ada.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan analisa domain. Analisis domain merupakan analisa yang mempunyai tujuan untuk mengidentifikasikan kategori-kategori pemikiran yang asli serta memperoleh pandangan awal suatu budaya yang sedang diamati.[26]

Adapun langkah-langkah atau prosedur analisis domain sebagai berikut:

a. Memilih satu hubungan semantik tunggal, diawali dengan cara dari hubungan semantik universal kemudian hubungan semantik yang sangat diekspresikan oleh informan dalam wawancara dan interview.

b. Mempersiapkan satu kertas kerja analisis domain untuk menggaris bawahi atau memberi keterangan pada istilah-istilah untuk mengidentifikasi domain.

c. Memilih satu sampel dari statemen informan.

d. Mencari istilah pencakup dan tercakup yang memungkinkan dan sesuai dengan semantik.

e. Membuat daftar untuk semua domain yang di hipotesiskan.[27]

Sedangkan dalam analisis data ini mempunyai tujuan yaitu: ”Untuk mencari model Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalu Kelompok Yasinan dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja”

G. TAHAP KEABSAHAN DATA

Data yang telah di dapatkan peneliti dengan penjelasan yang berkaitan dengan tema penelitian akan diseleksi oleh peneliti agar tidak terjadi atau meminimalisir kesalahan dalam analisanya untuk menjelaskan uji keabsahan datanya.

Pemeriksaan keabsahan merupakan salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data itu sendiri. Dalam teknik triangulasi ini banyak cara yang dapat dilakukan, akan tetapi peneliti menggunakan hanya sebagian saja di antaranya :

a. Triangulasi dengan sumber yang dalam hal ini dengan K. Arwi Rohman (ketua kelompok yasinan dan arisan). Maksudnya mengecek derajat kepastian dan kepercayaan suatu informasi dengan cara membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara dan data dokumen.

b. Triangulasi dengan metode. Mengecek keabsahan data dari beberapa teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, dokumen) peneliti membandingkan hasil informasi dari beberapa informasi dalam suatu teknik yang sama.


BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. SETTING PENELITIAN

Kepulauan Gili Raja merupakan salah satu kepulauan yang ada di Kabupaten Sumenep madura, tepatnya di daerah pantai selatan kabupaten sumenep. Kepulauan Gili Raja didalamnya terdapat empat desa yaitu Desa Banmaleng yang berada di tepi barat, Desa Banbaru, Desa Jate yang keduanya berada ditengah, dan Desa Lombang yang berada di ujung timur.

Pertanian masyarakat Gili Raja mayoritas nelaian (penangkap ikan) itupun kalau tidak musim penghujan, untuk cocok tanam semuanya jagung dan hanya bisa ditanami satu tahun satu kali karena mengingat kemarau yang biasanya cukup panjang dan kurangnya air untuk mengairi sawah-sawah masyarakat.

41

Kehidupan sosial keagamaan masyarakat Gili Raja yang sangat menonjol dalam kesehariaanya, salah satunya adalah arisan dan yasinan yang ini sudah berjalan berabad-abad dan menjadi turun temurun kepada penerusnya, sampai saat ini yasinan dan arisan ini menjadi bagian dari masyarakat dan menjadi tempat pengaduan dan pemecahan berbagai masalah yang terjadi di masyarakat. Di dalam kelompok yasinan dan arisan terkadang juga membahas atau mengkaji nilai-nilai keagamaan yang dipimpin oleh seorang tokoh agama setempat.

Pada saat ini kelompok yasinan dan arisan ini sudah memiliki koperasi simpan pinjam (koperasi ma’unah) yang digunakan untuk menjawab dan mempermudah akses kebutuhan masyarakat.

Adapun kepengurusan dari kelompok yasinan dan arisan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2

Kepengurusan Kelompok Yasinan dan Arisan

NAMA

JABATAN

K.H. Waqid Romzi

Penasehat

K. Arwi Rohman

Ketua

K. Subai

Wakil Ketua

Suparjo

Sekretaris

Imam Hambali

Wakil Sekretaris

Sahamu

Bendahara

Abd. Hadi Tamam

Wakil Bendahara

Sumber : Dokumentasi kelompok arisan dan yasinan[28]

Pada tahun 2003, kelompok arisan dan yasinan ini mencoba mencari terobosan baru yaitu dengan mengadakan koperasi simpan pinjam yang anggotanya adalah kelompok yasinan dan arisan, didirikannya koperasi ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti, kebutuhan pupuk untuk petani jagung, pengadaan jagung ketika kemarau panjang, dan bahkan sampai pada pengajuan bantuan apapun yang berkaitan dengan masyarakat setempat kepada pemerintah, dalam hal ini kelompok arisan dan yasinan ini pernah mengajukan alat penyulingan air dan jembatan (kesong).


1. Sosial ekonomi

Mata pencaharian pokok masyarakat kepulauan Gili Raja Kabupaten Sumenep secara tradisional adalah dibidang pertanian jagung. Penanaman jagung biasanya dilakukan sekali dalam satu tahun setelah itu lahan-lahan masyarakat terlihat kosong, hal ini disebabkan kurang air untuk mengairi sawah mereka dan biasanya musim kemarau yang sangat panjang.

Sedangkan pada mata pencaharian yang melaut (penangkap ikan) biasanya melihat musim dan cuauca pada saat itu sehingga para nelayan banyak menganggur dari melaut.

2. Sosial politik

Masyarakat kepulauan Gili Raja merasa di anak tirikan oleh pemerintah Kabupaten Sumenep, karena setiap ada pembangunan masyarakat selalu tidak di ikut sertakan dan pembangunan yang dilakukan di kepulauan Gili Raja kalau ada anggaran program pemerintah yang tidak berjalan, biasanya yang hanya diikut sertakan dalam proyek pembangunan masyarkat kepulauan Gili Raja hanya kepala Desa setempat.

B. PENYAJIAN DATA

Sumber utama dalam penelitian ini adalah tiga subyek yaitu, subyek I K.H. Waqid Romzi, subyek II, K. Arwi Rohman, Subyek III Suparjo, dari ketiga subyek tersebut maka diambil data-data sebagai berikut :

a. Bagaimana pembangunan masyarakat pesisir dilakukan melalui kelompok yasinan dan arisan

Pembangunan merupakan keniscayaan atau harus dilakukan bagi setiap orang baik itu pembangunan fisik atau nonfisik. Dalam perspektif modernisasi, salah satu generasi yang paling umum yang mengaitkan system politik dengan aspek-aspek lainnya dalam suatu masyarakat adalah bahwa demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan pembangunan ekonomi

Sebuah bangsa semakin makmur atau sebuah masyarakat, diandaikan semakin besar pula peluang dari bangsa atau masyarakat yang bersangkutan untuk mempertahankan demokrasi.

Secara teori jelaslah bahwa teori pembangunan dan modernesasi menuntut otoriterianisme dalam manajemen social. Kunci keberhasilan modernisasi dan pengembangan adalah mobilisasi masyarakat untuk dipaksa terlibat dalam proses pembangunan dan modernisasi, bahkan masyarakat terasing harus disosialisasikan kedalam proses modernisasi dan pembangunan melalui menyingkirkan hak adat dan tradisi mereka masyarakat terasing harus menyelaraskan standar hidup mereka dengan standar hidup baru tanpa perlu mempertanyakan siapakah yang diuntungkan oleh proses penyesuaian semacam itu, ada dugaan bahwa penyesuaian standart hidup atau pola konsumsi hanyalah memperbesar ketergantungan masyarakat terasing terhadap barang kelontong dari luar, ini artinya proses reformasi budaya bisa jadi identik dengan fenomena perluasan pasar dan eksploitasi.

Mobilisasi ditingkat desa ditandai dengan dibentuknya LKMD, LMD, dan KUD yang lebih berfungsi mengatur atau memberi direction dari pada melayani atau memberi facilitation. Organisasi-organisasi seperti ini masih didampingi lagi dengan Babinsa (bintara Pembina desa) yang berfungsi represi ditingkat pedesaan.

Dalam pembangunan masyarakat pesisir yang dilakukan melalui kelompok yasinan dan arisan ini dengan menggunakan eksplorasi permasalahan atau kebutuhan masyarakat yang dilakukan setiap satu minggu sekali, masyarakat menyampaikan semua keluh kesah yang dialami baik itu dari segi ekonomi, politik maupun budaya, sehingga memudahkan dalam pencarian solusi dan perubahan yang akan dilakukan.

Pembangunan yang berjalan selama ini di kepulauan Gili Raja sangat yang diprakarsai oleh pemerintah, dirasakan oleh masyarakat hanya bersifat fisik yang itupun didasarkan atas kepentingan kelompok bahkan individu yang menyebabkan sifat empati masyarakat terhadap segala bentuk pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah.

Keputusan untuk selalu mengembangkan dan bahkan menjadikan kelompok yasinan dan arisan ini menjadi turun-temurun sangatlah dianggap tepat karena mengingat kiprah kelompok yasinan dan arisan ini telah terbukti mampu menjawab kebutuhan masyarakat bahkan sampai pada masalah politik misalnya : Pilkades, Pilbub, bahkan Pilgub sekalipun, kelompok ini seakan menjadi ruang dan tempat untuk melangkah dan mengambil keputusan dalam menjalani hidup sehari-hari.

Salah satu upaya yang dilakukan kelompok yasinan dan arisan dalam menjawab kebutuhan masyarakat dan dalam mempersiapkan masyarakat yang mandiri dan berkembang yaitu melalui koperasi simpan pinjam yang modalnya dari arisan yang dilaksanakan setiap satu minggu sekali dan dipinjamkan kembali kepada masyarakat dengan tidak ada bunga atau persen sedikitpun, melalui kelompok yasinan dan arisan ini juga masyarakat bisa menabung untuk untuk keperluan yang lain seperti pupuk pada saat musim cocok tanam dan bahkan persiapan pembiayaan kalau ada salah satu anggotanya yang meninggal.

Kelompok yasinan dan arisan ini juga melakukan pembangunan diwilayah infra-struktur desa seperti perbaikan jalan, penerangan desa dan juga perbaikan pantai yang terkenak abrasi laut, hal ini dapat dilakukan oleh kelompok yasinan dan arisan ini karena berkat dukungan dan kepercayaan yang sangat tinggi yang diberikan masyarakat kepada kelompok yasinan dan arisan ini.

Pembangunan yang dilakukan oleh kelompok yasinan dan arisan ini juga bisa dilihat pada beberapa segi, diantaranya :

1. Ekonomi

Pendapatan masyarakat yang sangat minim dengan penghasilan yang hanya didapat dari hasil tangkapan ikan, ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, hal ini disebabkan karena hasil tangkapan ikan juga didasarkan pada cuaca yang terkadang tidak mendukung pada nilaian dan juga disebabkan oleh alat tangkap ikan yang hanya mengandalkan jaring atau pancing.

Pertanian masyarakat kepulauan gili raja juga tidak kalah penting untuk dilahat, kita tahu bahwa pertanian di kepulauan gili raja hanya bercocok tanam jagung yang inipun dilakukan satu kali dalam satu tahun, hal ini disebabkan biasanya kemarau yang sangat panjang dan minimnya air untuk mengairi pertanian sehingga kadang pertanian yang didapat tidak mencukupi untuk kebutuhan satu tahun (sampai pada musim selanjutnya).

Dari beberapa realitas inilah melalui kelompok yasinan dan arisan berinisiatif untuk mengadakan koperasi simpan pinjam yang hasilnya dapat dirasakan kapan saja masyarakat butuh dan melalui koperasi ini masyarakat bisa mendapat pupuk jagung dengan mudah.

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan modal dasar dalam pembangunan masyarakat peisir melalui penguatan kelembagaan social ekonomi yang sudah ada, akan tetapi yang terdapat di kepulauan Gili Raja sangat jauh dari harapan tersebut karena disamping tidak adanya lembaga social yang bergerak dibidang ekonomi.

Menurut salah satu tokoh yang sangat disegani oleh masyarakat setempat yaitu K. H. Waqid Romzi yang sekaligus penasehat kelompok yasinan dan arisan mengatakan bahwa sebetulnya lembaga social yang bergerak dibidang pengembangan ekonomi sebetulnya ada, tepatnya pada tahun 2007 sebelum kami memprakarsai munculnya koperasi simpan pinjam, akan tetapi lembaga ini tidak sampai satu tahun sudah mati sore dalam artian tidak ada yang mampu mengembangkan lembaga tersebut dikarenakan memang minimnya pengetahuan dan skil yang dimiliki para pengurusnya.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang sangat rendah yang juga turut menjadi penyebab keterbelakangan masyarakat kepulauan gili raja, di kepulauan gili raja ini yang awalnya hanya ada pendidikan swasta dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai dengan Madrasah Tsanawiyah (MTs), sedangkan pendidikan negeri dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Berkat perjuangan, kebersamaan, dan istiqomahnya masyarakat gili raja melalui kelompok yasinan dan arisan pada tahun 2007 didirikanlah sekolah Madrasah Aliyah (MA) walaupun pada saat ini belum berkembang sebagaimana mestinya.

Adapun data-data tentang lembaga pendidikan yang ada di kepulauan Gili Raja bisa dilihat pada tabel berikut :


Tabel 3

Sarana dan Prasarana lembaga pendidikan

Dikepulauan Gili Raja

Jenis Pendidikan

Jumlah

TK/TPA

6

SD/MI

4

SMP

1

MTs

2

Sumber : Kecamatan Gili Raja[29]

Minimnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat yang kurang mengakibatkan pada rendahnya tingkat perekonomian masyarakat, dan menghambat pada pertumbuhan ekonomi penduduk yang ada di kepulauan gili raja dan bahkan lebih parahnya lagi masyarakat tidak dipercaya oleh pemerintah untuk ikut serta baik dalam proses perencanaan program ataupun pada pelaksanaan program .

Kita tahu bahwa jika masyarakat desa yang bersangkutan tidak berkesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan suatu proyek desanya, proyek tersebut pada hakekatnya bukanlah proyek pembangunan desa, diantara beberapa bentuk partisipasi bisa dilaihat :

1. Partisipasi dalam atau melakukan kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan social.

2. Partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima, mengiakan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya.

3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan.

4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan.

6. Partisipasi dalam menilai pembangunan.

Pembangunan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh kelompok yasinan dan ariasan di kepulauan Gili Raja Kabupaten Sumenep sangat efektif sekali, hal ini bisa dilihat pada segi ekonomi, politik, dan pendidikan.

a. Ekonomi

Keuntungan yang didapat dari segi ekonomi melalui kelompok yasina dan arisan ini dikatakan oleh ketua dari kelompok yasinan dan arisan K. Arwi Rohman, pada setiap pelaksanaan yasinan dan arisan yang pelaksanaannya satu minggu satu kali kelompok ini mampu mengumpulkan dana sebesar Rp. 200.000.000.00, ini dihasilakan melalui tabungan tiap anggota sebesar Rp.1.000.00 dengan jumlah kelompok 20 dan tiap kelompok beranggotakan 100 orang, jadi pada setiap minggunya kelompok ini mengumpulkan dana sebesar Rp. 100.000.00 tiap kelompok. Tabungan ini kemudian dikelola melalui koperasi simpan pinjam yang disalurkan kepada masyarakat.


Melalui tabungan kelompok yasinan dan arisan ini yang kemudian dikelola oleh koperasi, masyarakat bisa meminjam setiap saat kalau ada kebutuhan yang mendesak ataupun kebutuhan sehari-hari tanpa ada bunga sepeserpun. Kemudahan lain yang dirasakan masyarakat kepulauan Gili Raja yaitu kalau musim tanam jagung, masyarakat bisa memperoleh pupuk dengan mudah dengan hanya membayar kalau sudah panen maka jagung harus dijual kepada kelompok yasinan dan arisan sebagai ganti dari pinjaman masyarakat dan dengan adanya pinjaman yang seperti ini masyarakat sangat antosias dan giat bekerja, seperti yang terjadi pada musim jagung tahun ini.

Untuk nelayan, kelompok ini juga menyediakan alat-alat tangkap ikan dan nelayan dapat mengambil dan menggunakannya hanya dengan membayar menjual hasil tangkapannya kepada kelompok yasinan dan arisan melalui tim yang telah dibentuk.

Sistem seperti ini ternyata mampu mengembangkan perekonomian masyarakat Gili Raja, karena harga beli yang juga tinggi artinya masih sepadan dengan pembeli-pembeli diluar kepulauan Gili Raja dan juga masyarakat bisa membeli jagungnya dengan harga murah ketika kemarau panjang tiba.


Pertumbuhan ekonomi yang terjadi bisa dilihat pada tabel berikut yang diambil di tingkat kecamatan Gili Raja.

Tabel 4

Pertumbuhan ekonomi kepulauan gili raja

Per-2006

2006 2007 2008

Sumber : Data Kecamatan Gili Raja[30]

b. Politik

Kelompok yasinan dan arisan di kepulan Gili Raja Kabupaten Sumenep dalam ranah politik juga ikut menentukan siapa yang akan menjadi dukungan mereka, biasanya dalam wilayah ini peran seorang tokoh agama seperti K. H. Waqid Romzi selaku penasehat dan K. Arwi Rohman selaku ketua kelompok yasinan dan arisan sering menjadi penutan dan pengambil keputusan dalam memilih dengan pertimbangan hasil dari musyawarah kelompok yasinan dan arisan.

Cara seperti ini dianggap masyarakat kepulauan Gili Raja akan menghindari permecahan, dan pertengkaran diantara masyarakat sehingga kehidupan tetap berjalan sebagai mana mestinya.

c. Pendidikan

Pada wilayah pendidikan, kelompok yasinan dan arisan kepulauan Gili Raja juga ikut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan dan mengentas buta huruf, salah satu prakarsa yang dihasilkan oleh kelompok yasinan dan arisan adalah pendirian lembaga pendidikan Madrasah Aliyah (MA) yang saat ini masih perbaikan diwilayah struktur.

Kurangnya tenaga pendidik pada Madrasah Aliyah di kepulauan Gili Raja tidak membuat mereka surut dalam meningkatkan mutu pendidikan, untuk mengatasi ini terpaksa mereka mendatang guru pendidik dari pulau lain yang ada di wilayah Sumenep yaitu pulau Gili Genting sebagai kecamatan pulau Gili Raja.

Ada beberapa pendapat yang peneliti peroleh dari masyarakat tentang pembangunan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh kelompok yasinan dan arisan di kepulauan Gili Raja, salah satunya bapak Misnatun, dia mengatakan bahwa semenjak dibentuknya koperasi simpan pinjam oleh kelompok yasinan dan arisan keuntungan bagi kami salah satunya pada saat musim jagung, di koperasi ma’unah menyediakan pupuk bagi masyarakat yang hanya diganti dengan separuh penghasilan jagungnya dengan dijual kepada koperasi tersebut, mengenai harga jagung sama dengan harga-harga di pasaran dan enaknya lagi kalau sudah musim kemarau panjang masyarakat dapat membeli lagi jagungnya dengan harga yang relatif murah.[31]

Disisi lain adanya program uang pinjaman dari kelompok yasinan dan arisan yang dikelola melalui koperasi ma’unah bagi pengrajin bambu dapat meminjam uang sebesar Rp. 3. 000.000.00 tiap kelompok, hal ini juga dapat membantu perekonomian masyarakat, bagi Bapak Sulaiman, salah satu kelompok pengrajin bambu dengan uang Rp. 3.000.000.00 dia dapat membuat anyaman tikar dari bambu sebanyak 3 buah tikar dalam satu hari dengan pengahasilan 50 bahkan sampai 100 tiap tikar. Sedangkan uang yang dipinjam dapat diangsur selama satu tahun setengah.[32]

C. ANALISA DATA

Dalam penelitaan ini, peneliti menggunakan analisa data deskriptif eksploratif, yaitu mengambarkan keadaan atau status fenomena yang ada, yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan dan Arisan.

Pengalaman berbagai cara pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pada masyarakat kepulauan Gili Raja menimbulkan banyak rintangan dan kemandekan yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab baik individu maupun kelompok yang menyebabkan masyarakat resah dan menimbulkan keterbelakngan pada masyarakat kepulauan gili raja. Proyek pembangunan yang dilaksanakan pemerintah dirasa tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan tantangan zaman yang semakin modern, hasil inilah yang menguatkan kelompok yasinan dan arisan ini selalu berinovatif memberikan yang terbaik kepada masyarakat kepulauan gili raja untuk lebih maju dan berkembang.

Proses pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat kepulauan gili raja melalui kelompok yasinan dan arisan yang dijadikan sebagai solusi untuk menjawab kebutuhan masyarakat lebih-lebih menjawab tantangan zaman yang serba modern ini, kalau dilihat dari perjalanannya sangat bertumpu pada sosok figur tokoh agama setempat dan kebersatuan masyarakat untuk selalu mengembangkan kepulauan gili raja yang penuh dengan nilai-nilai agama.

Pembangunan masyarakat pesisir yang dilakukan melalui kelompok yasinan dan arisan diarahkan kepada perbaikan kondisi hidup masyarakat, dalam artian memberi tekanan pada pembangunan masyarakat adalah sebagai upaya untuk mengubah keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik yang salah satunya oleh kelompok yasinan dan arisan ini diwujudkan melalui koperasi simpan pinjam. Hal ini tidak jauh berbeda dengan implikasi dari sebuah pembangunan meliputi :

1. Pembangunan membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok (capacity)

2. Pembangunan dengan mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai dan kesejahteraan (eguity)

3. Pembangunan yang menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan (empowerment)

4. Pembangunan yang membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri (sustainability)

5. Pembangunan yang mengurangi ketergantungan dan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan dan saling menghormati (interdependency)

Kemiskinan, kemelaratan, keterbelakangan, dan kebobrokan dari sebuah kebijakan itu sendiri yang menurunkan kualitas dan melemahkan semangat serta kemampuan masyarakat di kepulauan Gili Raja, itu sebabnya kelompok yasinan dan arisan ini berkembang pesat dengan mengutamakan partisipasi masyarakat penuh dengan melihat kenyataan dan mendengarkan keluh kesah masyarakat gili raja dan mendorong proses pembangunan desa yang efektif.

Kita tahu bahwa penggerakan partisipasi masyarakat desa merupakan salah satu sasaran pembangunan desa itu sendiri dalam artian sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama dan sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Dalam hal ini, partisipasi yang dilakukan oleh kelompok yasinan dan arisan ini adalah partisipasi yang sifatnya vertikal dan horisontal masyarakat, dalam artian partisipasi vertikal karena bisa terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain dalam hubungan mana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien. Sedangkan partisipasi horisontal, karena pada suatu saat tidak mustahil masyarakat mempunyai kemampuan untuk berprakarsa, diman setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horisontal satu dengan yang lain, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain.

Dalam usaha menempatkan pembangunan kawasan pesisir berbasis masyarakat dan potensi sumber daya alam setempat, maka kebijakan pembangunan kelembagaan memainkan peranan kunci sebagai simpul dari kebijakan pembangunan ekonomi dan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

Kita tahu bahwa, kelembagaan sosial sebagai instrumen perubahan bagi masyarakat dan pembangunan kawasan akan memainkan peranan yang sangat signifikan jika seluruh komponen masyarakat khususnya para pengelola kelembagaan sosial tersebut senantiasa menyamakan kehesivitas sosial, tanggung jawab kolektif, transparansi, solidaritas sosial, dan alturisme. Sosialisasi nilai-nilai sosial budaya tersebut untuk mengembangkan dan memperkokoh rasa saling percaya (trust) dan sekewajiban dalam membangun masyarakat. Hal-hal tersebut merupakan unsur-unsur esensial yang harus dikembangkan sebagai fondasi konstruksi masyarakat madani (civil soiety) di kawasan pesisir.

D. PEMBAHASAN

Dalam mengetahui pembangunan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh kelompok yasinan dan arisan ini, maka perlu dijelaskan sebagai berikut :

Tujuan pembangunan masyarakat sebagai ide atau cita-cita dipandang identik dengan tujuan pembangunan nasional yang dirumuskan dalam acuan seperti masyarakat adil-makmur-spiritual-material-berdasarkan Pancasila dan UUD 45, peningkatan taraf hidup rakyat, manusia Indonesia seutuhnya dan sebagainya. Secara populer dikatakan, pembangunan bertujuan membebaskan masyarakat dari kemiskinan atau kebodohan, berbagai upayapun dilancarkan, proyek-proyek dibangun, pembangunan diratakan melalui bermacam-macam proyek yang disebut proyek impress sampai kepelosok yang terpencil sekalipun.

Pembangunan masyarakat pesisir sangat penting bagi ekosistem global kita. Pendekatan perencanaan pembangunan wilayah pesisir di kepulauan Gili Raja yang di rencanakan oleh pemerintah yang sifatnya sektoral telah terbukti tidak dapat memecahkan masalah pemanfaatan dan pengelolaan di kepulauan Gili Raja. Begitu pula pembangunan dan perencanaan tata ruang dengan pendekatan sektoral tidak dapat mencapai pemanfaatan yang bijaksana dan berkelanjutan, karena itulah pengelolaan sumber daya kepulauan Gili Raja melalui kelompok religius mencerminkan alternatif pendekatan, disisi lain kewenangan yang diberikan untuk kabupaten dan kota dalam mengatur dan mengurus sendiri potensi kelautannya, sudah menjadi modal dasar bagi peningkatan kemampuan daerah dalam ber-otonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan masyarakat juga merupakan salah satu cara alternatif untuk meluruskan proyek pembangunan yang selama ini tidak manusiawi.

Pembangunan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh kelompok arisan dan yasinan masyarakat kepulauan Gili Raja dengan semangat perbaikan kondisi ekonomi, sosial, dan pendidikan masyarakat, mengintegrasikan kehidupan masyarakat itu ke dalam ke hidupan bangsa, dan memampukan mereka untuk memberi sumbangan sepenuhnya bagi kemajuan nasional menuju suatu proses dimana masyarakat membahas dan merumuskan kebutuhan mereka, merencanakan usaha pemenuhannya, dan melaksanakan rencana itu sebaik-baiknya karena pembangunan masyarakat ditujukan kepada upaya untuk mengurangi kemiskinan, kemelaratan, dan kebobrokan lingkungan hidup masyarakat.

Dalam konteks pembangunan masyarakat di kawasan pesisir terdapat tiga komponen kebijakan strategis yang terintregrasi, yaitu :

1. Kebijakan pembangunan ekonomi.

2. Kebijakan sumber daya alam dan lingkungan.

3. Kebijakan kelembagaan.


Kebijakan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan potensi dan produktivitas ekonomi sektor pesisir, kelautan, dan perikanan. Kebijakan ini mencakup peningkatan investasi, nilai tukar harga, ketenaga kerjaan, dan peningkatan ekspor.

Kebijakan sumber daya alam dan lingkungan bertujuan membangun ekosistem pesisir dan lautan secara optimal, sehingga memberikan kemaslahatan sosial secara lestari. Kebijakan ini mencakup isu-siu penataan ruang (wilayah), peningkatan produktivitas kompilasi sumber daya, dan pengendalian kerusakan.

Sedangkan kebijakan pembangunan kelembagaan bertujuan membangun mekanisme pengaturan alokasi sumber daya, mengorganisasikan kepentingan masyarakat dan pemerintah, serta memberi kepastian hukum beserta implimentasi penegakannya.

Sepanjang kita menempatkan pembangunan masyarakat pesisir berbasis masyarakat dan potensi sumber daya alam setempat, kebijakan pembangunan kelembagaan memainkan peranan kunci sebagai simpul dari kebijakan pembangunan ekonomi dan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Sinergitas ketika kebijakan strategis pembangunan tersebut tidak hanya berpotensi mencapai tujuan-tujuan pembangunan sesuai dengan alur perencanaan program yang telah ditetapkan, tetapi juga akan mampu menjamin kelangsungan proses pembangunan dan eksistensi masyarakat peisir.

Hakekat pembangunan sudah harus digeser kearah upaya-upaya terencana untuk menyiapkan tatanan-tatanan sosial, politik, dan ekonomi yang baru menghadapi dinamika perubahan lingkungan yang sangat cepat dari pada hanya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.

Terbukti bahwa kegagalan proyek pembangunan di kepulauan Gili Raja yang direncanakan oleh pemerintah setempat selalu menemukan kegagalan dalam proses pelaksanaannya yang mengakibatkan lambatnya pembangunan di kepulauan Gili Raja Kabupaten Sumenep. Hal ini disebabkan tidak lain karena masyarakat setempat tidak diikut sertakan baik dalam proses perencanaannya maupun dalam proses pelaksanaan pembangunan itu sendiri.

Masyarakat Kepulauan Gili Raja dalam hal ini hanya dijadikan alat untuk legetimed sebuah proyek pembangunan, sehingga masyarakat tetap terbelakang bahkan kemiskinan semakin meningkat.

Berbeda dengan halnya pembangunan masyarakat kepulauan Gili Raja yang dilakukan oleh kelompok yasinan dan arisan yang pada setiap minggunya selalu ada ruang dan waktu untuk mendengarkan keluh kesah masyarakat serta usulan yang akan dijalankan dalam membangun masyarakat.

Partisipasi kelompok yasinan dan arisan dalam pengembangan masyarakat kepuluan Gili Raja Kabupaten Sumenep untuk memfasilitasi atau sebagai instrumen dalam pengorganisasian masyarakat adalah dengan membentuk koperasi simpan pinjam yang juga merupakan salah satu pendekatan dalam pembangunan masyarakat atau komunitas.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari rumusan masalah dan uraian analisis yang peneliti paparkan di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan terkait dengan rumusan masalah bahwa Pembangunan Masyarakat Pesisir Melalui Kelompok Yasinan Dan Arisan Di Kepulauan Gili Raja Kabupaten Sumenep dilakukan dengan cara :

a. Pembacaan kondisi masyarakat yang dilakukan tiap satu minggu sekali yang dilakukan setelah pembacaan yasinan dan penyusunan program kemasyarakatan.

b. Pengadaan simpanan wajib yang tujuannya untuk memperlancar kebutuhan masyarakat.

c. Penyaluran bantuan modal bagi kelompok masyarakat yang mempunyai keterampilan, dalam hal ini kelompok pengrajin anyaman bambu

d. Bantuan pupuk jagung dengan jaminan hasil panennya dijual kepada kelompok yasinan dan arisan yang kemudian dijual lagi kepada masyarakat ketika musim kemarau.

62

Mengingat pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan dan pelaksanaan pembangunan serta evaluasi dalam pelaksanaan pembangunan merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki oleh kelompok yasinan dan arisan sehingga sikap peduli yang tinggi masyarakat untuk melakukan sebuah perubahan sangat mudah dan tepat sasaran.

Pembangunan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh kelompok yasinan dan arisan yang lebih mengutamakan kepentingan dan kebutahan masyarakat dengan mengedepankan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan di kepulauan Gili Raja Kabupaten Sumenep seperti yang telah disebutkan di atas merupakan salah satu bentuk atau cara dalam melakukan sebuah perubahan social yang efektif.

B. SARAN-SARAN

1. Dalam rangka tercapainya pembangunan masyarakat perlu dan wajib mengutamakan kepentingan serta kebutuhan masyarakat dan partisipasi penuh masyarakat .

2. Peran serta pemerintah dalam proses pembangunan sangat diperlukan guna mendorong tercapainya kemandirian masyarakat karena pemerintah sebagai pemegang kebijakan dengan tanpa mengesampingkan partisipasi masyarakat.

3. Dalam melakukan pembangunan masyarakat seharusnya bersifat continue atau berkesinambungan sehingga tujuan awal dari pembangunan yang dilakukan tidak tersendat ditengah jalan, karena kalau kebijakan pembangunan masyarakat selalu berubah-ubah, maka jangan harapan pembangunan masyarakat yang kita dambakan akan tercapai.


DAFTAR PUSTAKA

Abustam Muhammad Idrus. 1989. ”Gerakan Penduduk, Pembangunan dan Perubahan Sosial”, Jakarta. UI-Press

Arikunto Suharsimi. 2006. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta. Rineka Cipta

Azra Azyumardi. MA. 2000. “Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani”, IAIN Press

Arnd, H. W. 1987. “Pembangunan dan Pemerataan Indonesia Di Masa Orde Baru”, Jakarta. LP3ES.

Blau M. Peter, Mayer W, Marshall. 1987. “Birokrasi Dalam Masyarakat Madani”, Jakarta. LP3ES.

Chabers Robert. 1987. ”Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang”, Jakarta. PT. Intercipta Prajasa

Daradjatun N. Nunun. 2003. “Dimanakah Indonesiaku Setelah 57 Tahun”, Jakarta. Pensil-324

Usman Sunyoto. 2004. “Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat”, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Nur Syam 2005. “Islam Pesisir”, Yogyakarta, LKiS

Goldthorpe J.E. 1992. “Sosiologi Dunia Ketiga Kesenjangan dan Pembangunan”, Jakarta. PT. Gramedia

Lay Cornelis. 2004. “Presiden, Civil Society, dan HAM”, Jakarta. Pensil-324

Hagul Peter. 1992. “Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat”, Jakarta. Rajawali Pers

Kartasasmita Ginandjar. 1987. “Administrasi Pembangunan”, Jakarta. LP3ES

Moleong J. Lexy, 2002. ”Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Spradley, James P, 1997, Metodologi Etnografi, Yogyakarta, Tiara Wacana.

Ndrah Taliziduhu. 1990, ”Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas”, Jakarta. Rineka Cipta

Soekanto Soerjana. 1993. ”Struktur Masyarakat”, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Rahardjo Mudjia. 2007. ”Sosiologi Pedesaan”. Malang. UIN-Malang Press

Ikatan Alumni ITB, Jakarta. 1996. Pembahruan dan Pemberdayaan. Ikatan Jakarta. alumni ITB

Long Norman. 1992. Sosiologi Pembangunan Pedesaan. Jakarta. Bumi Aksara

Halim, A, Ali. Aziz. Moh. Dkk. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Paradiqma Akasi Metodologi. Yogyakarta. Pustaka Pesantren.

Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Bandung. Humaniora



[1] Mochtar Effendy. Membangun Koperasi Di Madrasah Dan Pondok Pesantren. (Jakarta : Bhratara Aksara. 1987). Hal. 14

[2] Nunun N. Daradjatun, Dimanakah Indonesiaku Setelah 57 Tahun, (Jakarta : Pensil-324. 2003), hal. 16-17

[3] Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta : PT. LKiS. 2005), hal. 5

[4] Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta : PT. LKiS. 2005), hal. 10

[5] J.E. Goldthorpe, Sosiologi Dunia Ketiga, (Jakarta : PT. Gramedia. 1988 ), hal. 186-187

[6] Cornelis Lay, Presiden, Civil Society, dan HAM, (Jakarta : Pensil-324. 2004), hal. 43

[7] Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), hal 5.

[8] Taliziduhu Ndrah, Pembangunan Masyarakat, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hal. 15

[9] Norman Long. Sosiologi Pembangunan Pedesaan. (Jakarta : Bumi Aksara. 1992). Hal. 80

[10] Agus Salim. Perubahan Sosial : Seketsa Teori Dan Metodologi Kasus Di Indonesia. (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana. 2002), hal. 264

[11] Mudjia Rahardjo. Sosiologi Pedesaan. (Malang : UIN-Malang Press), hal. 25

[12] Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), hal 6.

[13] Azyumardi Azra. Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta : IAIN Jakarta Press. 2000), hal 137

[14] Mudjia Rahardja. Sosiologi Pedesaan. (Malang : UIN-Malang Press. 2007). Hal. 26-27

[15] Moeljarto Tjokrowinoto. Pembangunan Dilema dan Tantangan. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1996, hal. 36

[16] Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), hal 6.

[17] Azyumardi Azra. Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta : IAIN Jakarta Press. 2000), hal 137

[18] Taliziduhu Ndrah, Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hal. 30

[19] Moh. Ali Aziz, A. Halim. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Paradigma Aksi Metodologi. (Yogyakarta : Pustaka Pesantren. 2007), hal. 8

[20] Diana Conyers, Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga Suatu Pengantar. (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 1992), hal. 144

[21] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.....................hal.4-5

[22] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.....................hal. 6

[23] Wawancara pada tanggal 21 Oktober 2008 dengan K. Arwi Rahman (ketua Yasinan)

[24] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 129

[25] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 248

[26] James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1997), hal. 153

[27] Burhan Bungin. Analisa Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003), hal. 23

[28] Wawancara pada tanggal 21 Oktober 2008 dengan K. Arwi Rahman (ketua Yasinan)

[29] Wawancara pada tanggal 21 Oktober 2008 dengan K. Arwi Rahman (ketua Yasinan)

[30] Hasil observasi di kantor Kecamatan Gili Raja pada tanggal 23 November 2008

[31] Hasil wawancara pada tanggal 25 Nopember 2008

[32] Hasil wawancara pada tanggal 25 Nopember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar